Kamu buka lagi lembar-lembar kertas berisi hitungan rancangan gedungmu. Kamu baca kembali lembar konsultasi bertanggalkan April tahun lalu. Ah, kamu galau. Kamu menyesal. Setahun sudah kamu habiskan waktu dengan beban yang sama di kepala. “dasar malas”. Kamu mengutuk dirimu sendiri. Dengan semangat yang kau paksakan kau buka kembali folder rancangan gedung yang kau beri nama “bismillah” dengan harapan bahwa itu rancangan akan selesai dan berjalan dengan mulus dan lurus. Tapi nyatanya jalan yang kamu lalui untuk menyelesaikan itu rancangan serupa dengan kelak-kelok jalan di gunung Kulu sana, bahkan lebih dari itu, kalau bisa dianogikan jalan yang harus kamu lalui adalah semisal kelok jalan gunung Kulu yang belum di aspal. Sudah menanjak, berkelak-kelok lalu berbatu dan becek pula. Begitulah. Walaupun sebenarnya kamu sendiri yang salah memilih jalannya, kamu sendiri yang membuat jalanmu untuk menyelesaikan itu rancangan menjadi begitu panjang dan melelahkan. Tentu saja tidak ada yang b...