Setiap dari kita
pasti punya seseorang dalam kepala kita yang menjadi sumber inspirasi untuk
kita menulis. Seseorang yang ketika mengingatnya akan ada banyak
kalimat-kalimat yang terus bermunculan entah dari mana asalnya. Untuk itulah
kau bagiku.
Aku mungkin
sudah bersedia mengikhlaskanmu. Aku sudah bersedia melepaskanmu. Tapi tetap
saja aku benar-benar belum bisa melenyapkanmu dari ingatanku. Karena apa? Karena
denganmu yang tetap bersarang di kepala akan ada banyak hal dan kalimat yang
bisa ku tulis. Tidak apa-apa jikapun itu tetap menyesakkan dada. Aku tidak lagi
keberatan. Setidaknya sesak yang mendera itu dapat membuatku menghasilkan
sesuatu. Seperti berjudul-judl tulisan yang sudah pasti membuatku merasa puas
setalh menuliskannya.
Kau, tahu tidak?
Rasanya aku tidak pernah menyesal dengan apa yang terjadi dengan kita. aku
tidak menyesal pernah menyukaimu sekalipun kau tidak menyukaiku. Setidaknya setiap
luka yang kau timbulkan membuatku sadar bahwa tidak semua bisa kupaksakan sesuai
kehendakku. Setidaknya aku paham, bahwa untuk mendapatkan sesuatu kita tentu
harus memantaskan diri, menyesuaikan diri denagn sesuatu yang kita inginkan
itu. dan lagi-lagi aku tidak menyesal walaupun kau menganggapku tidak pantas
untuk berada di sebelahmu. Karena seberapa besarpun perasaan itu, aku tetap
tidak ingin menjadi seperti perempuan yang kau inginkan. Aku tetap akan menjadi
diriku. Tidak apa-apa jika tidak menyukaiku, lagi pula aku sudah cukup lama
memendam perasaan itu tanpa kau ketahui. Dan lagi pula, semua perasaan itu
sudah tidak lagi ada. Menguap bersama usia kita yang kian menua. Walaupun masih
ada sisa-sisanya yang mengakar di kepala, aku sudah tahu benar bagaimana cara
mengatasinya. Dengan menuliskannya seperti ini misalnya. Ini sudah cukup
membuatku menguapkan rindu yang kadang-kadang masih sedikit terasa. Dan setelah
tulisan ini jadi, rindu itu akan khatam bersama titik di kalimat terakhirnya. Begitulah.
Untuk itu,
rasanya perlu juga aku berterima kasih padamu.terima kasih karena sudah pernah
menempati hatiku sekalipun kau tidak ingin. Sekalipun tidak pernah ku temukan
celah untuk masuk ke hatimu. Setidaknya perasaan bodoh yang pernah kutampung
beberapa lama itu membuatku mengahasilkan berjudul-judul tulisan, prosa atau
puisi yang akan membuatku tersenyum-senyum sendiri ketika membacanya. Walaupun beberap
lama kemudian aku akan menyadari bahwa itu alay atau berlebihan, tidak apa-apa,
karena begitulah caraku menyikapi sesak yang selalu kau timbulkan di hatiku. Begitulah.
Oh hei, lihatlah
kalender hari ini. bukankah ini tanggal kelahiranmu. Baiklah. Selamat ulang
tahun. Aku tahu mungkin saat ini kau sedang berbahagia merayakan ulang tahunmu
dengan seseorang yang sedang mengisi hari-harimu. Maka berbahagialah dengan
caramu. Aku tidak akan lagi cemburu.dari sini aku akan berdoa sebisaku agar kau
selalu berada dalam lindunganNya. Semoga kau sadar bahwa disini ada aku yang
berharap kau menjadi pribadi yang mengagumkan. Lihatlah, aku bahkan dulu tetap menyukaimu walaupun aku
tahu kau tidak mengagumkan sama sekali. Tapi sudahlah, untuk apa membicarakan
masa lalu. Sudah saatnya aku tutup buku tentang hal-hal bodoh itu. tapi biarlah
aku tetap menyimpan secuil ingatan itu di kepalaku. Bukan apa-apa, aku hanya
berniat menjadikannya sebagai sumber-sumber kalimat untuk kutulis saat-saat
suntuk seperti ini. tidak apa-apa bukan? ayolah, aku tidak pernah meminta
apa-apa darimu. Jadi kurasa bukan permintaan sulit jika kuminta kau
mengizinkanku tetap menyimpanmu di kepalaku. Bukan di hati. Tenanglah. Kau sudah
lama kuusir dari hatiku. Dan tidak akan lagi kubiarkan kau kembali.
Comments
Post a Comment