Skip to main content

Selamat Ulang Tahun (lagi), April.


Setiap dari kita pasti punya seseorang dalam kepala kita yang menjadi sumber inspirasi untuk kita menulis. Seseorang yang ketika mengingatnya akan ada banyak kalimat-kalimat yang terus bermunculan entah dari mana asalnya. Untuk itulah kau bagiku.

Aku mungkin sudah bersedia mengikhlaskanmu. Aku sudah bersedia melepaskanmu. Tapi tetap saja aku benar-benar belum bisa melenyapkanmu dari ingatanku. Karena apa? Karena denganmu yang tetap bersarang di kepala akan ada banyak hal dan kalimat yang bisa ku tulis. Tidak apa-apa jikapun itu tetap menyesakkan dada. Aku tidak lagi keberatan. Setidaknya sesak yang mendera itu dapat membuatku menghasilkan sesuatu. Seperti berjudul-judl tulisan yang sudah pasti membuatku merasa puas setalh menuliskannya.

Kau, tahu tidak? Rasanya aku tidak pernah menyesal dengan apa yang terjadi dengan kita. aku tidak menyesal pernah menyukaimu sekalipun kau tidak menyukaiku. Setidaknya setiap luka yang kau timbulkan membuatku sadar bahwa tidak semua bisa kupaksakan sesuai kehendakku. Setidaknya aku paham, bahwa untuk mendapatkan sesuatu kita tentu harus memantaskan diri, menyesuaikan diri denagn sesuatu yang kita inginkan itu. dan lagi-lagi aku tidak menyesal walaupun kau menganggapku tidak pantas untuk berada di sebelahmu. Karena seberapa besarpun perasaan itu, aku tetap tidak ingin menjadi seperti perempuan yang kau inginkan. Aku tetap akan menjadi diriku. Tidak apa-apa jika tidak menyukaiku, lagi pula aku sudah cukup lama memendam perasaan itu tanpa kau ketahui. Dan lagi pula, semua perasaan itu sudah tidak lagi ada. Menguap bersama usia kita yang kian menua. Walaupun masih ada sisa-sisanya yang mengakar di kepala, aku sudah tahu benar bagaimana cara mengatasinya. Dengan menuliskannya seperti ini misalnya. Ini sudah cukup membuatku menguapkan rindu yang kadang-kadang masih sedikit terasa. Dan setelah tulisan ini jadi, rindu itu akan khatam bersama titik di kalimat terakhirnya. Begitulah.

Untuk itu, rasanya perlu juga aku berterima kasih padamu.terima kasih karena sudah pernah menempati hatiku sekalipun kau tidak ingin. Sekalipun tidak pernah ku temukan celah untuk masuk ke hatimu. Setidaknya perasaan bodoh yang pernah kutampung beberapa lama itu membuatku mengahasilkan berjudul-judul tulisan, prosa atau puisi yang akan membuatku tersenyum-senyum sendiri ketika membacanya. Walaupun beberap lama kemudian aku akan menyadari bahwa itu alay atau berlebihan, tidak apa-apa, karena begitulah caraku menyikapi sesak yang selalu kau timbulkan di hatiku. Begitulah.

Oh hei, lihatlah kalender hari ini. bukankah ini tanggal kelahiranmu. Baiklah. Selamat ulang tahun. Aku tahu mungkin saat ini kau sedang berbahagia merayakan ulang tahunmu dengan seseorang yang sedang mengisi hari-harimu. Maka berbahagialah dengan caramu. Aku tidak akan lagi cemburu.dari sini aku akan berdoa sebisaku agar kau selalu berada dalam lindunganNya. Semoga kau sadar bahwa disini ada aku yang berharap kau menjadi pribadi yang mengagumkan. Lihatlah,  aku bahkan dulu tetap menyukaimu walaupun aku tahu kau tidak mengagumkan sama sekali. Tapi sudahlah, untuk apa membicarakan masa lalu. Sudah saatnya aku tutup buku tentang hal-hal bodoh itu. tapi biarlah aku tetap menyimpan secuil ingatan itu di kepalaku. Bukan apa-apa, aku hanya berniat menjadikannya sebagai sumber-sumber kalimat untuk kutulis saat-saat suntuk seperti ini. tidak apa-apa bukan? ayolah, aku tidak pernah meminta apa-apa darimu. Jadi kurasa bukan permintaan sulit jika kuminta kau mengizinkanku tetap menyimpanmu di kepalaku. Bukan di hati. Tenanglah. Kau sudah lama kuusir dari hatiku. Dan tidak akan lagi kubiarkan kau kembali. 

Comments