taukah
kau kawan?
Maret 2012
berapa besar kehangatan matahari yang sudah semakin tua?
berapa besar kehangatan api yang tiap pagi membakar periuk nasi di dapur rumah kita?
ah, kurasa semua tak lebih hangat dari suasana yang kita ciptakan di rumah.
semua tak lebih hangat dari sepotong pagi di mana ibu kita dengan semangatnya menyiapkan nasi hangat untuk kita,
lalu dengan semangat pula ia akan marah ketika nasi hangatnya itu tak sempat kita santap
semua tak lebih hangat dari rumah, di mana kita pernah dihangatkan dengan sebuah pelukan hangat ketika dingin mencoba memeluk kita.
semua tak lebih hangat dari secangkir kopi yang tiap pagi diseruput ayah kita di teras rumah.
semua tak lebih hangat dari sebuah malam di mana kita berkumpul hanya untuk sekedar berebut remote TV
Namun, seiring matahari yang terus menua
sampai periuk yang digunakan itu kini menghitam
kehangatan itu sedikit memudar
karena satu per satu dari unsurnya harus pergi meninggalkan rumah kita yang hangat
ketika mereka harus menciptakan kehangatan lain di rumah mereka yang baru
Tapi biarlah,
kehangatan itu tetap milik kita
sekuat apapun waktu mengikisnya
rumah kita akan tetap hangat, sehangat yang kita inginkan
jadi suatu hari, jika kita harus pergi meninggalkannya
lalu dingin merayap merasuki pori-pori kulit kita
maka kita kita akan kembali ke rumah
karena rumah itu kehangatan kita,
dan kehangatan itu, ada di rumah kita.
berapa besar kehangatan api yang tiap pagi membakar periuk nasi di dapur rumah kita?
ah, kurasa semua tak lebih hangat dari suasana yang kita ciptakan di rumah.
semua tak lebih hangat dari sepotong pagi di mana ibu kita dengan semangatnya menyiapkan nasi hangat untuk kita,
lalu dengan semangat pula ia akan marah ketika nasi hangatnya itu tak sempat kita santap
semua tak lebih hangat dari rumah, di mana kita pernah dihangatkan dengan sebuah pelukan hangat ketika dingin mencoba memeluk kita.
semua tak lebih hangat dari secangkir kopi yang tiap pagi diseruput ayah kita di teras rumah.
semua tak lebih hangat dari sebuah malam di mana kita berkumpul hanya untuk sekedar berebut remote TV
Namun, seiring matahari yang terus menua
sampai periuk yang digunakan itu kini menghitam
kehangatan itu sedikit memudar
karena satu per satu dari unsurnya harus pergi meninggalkan rumah kita yang hangat
ketika mereka harus menciptakan kehangatan lain di rumah mereka yang baru
Tapi biarlah,
kehangatan itu tetap milik kita
sekuat apapun waktu mengikisnya
rumah kita akan tetap hangat, sehangat yang kita inginkan
jadi suatu hari, jika kita harus pergi meninggalkannya
lalu dingin merayap merasuki pori-pori kulit kita
maka kita kita akan kembali ke rumah
karena rumah itu kehangatan kita,
dan kehangatan itu, ada di rumah kita.
Comments
Post a Comment