Skip to main content

Delapan Belas Oktober yang Lagi-lagi Hujan


Kita selalu mengeluh setiap kali harus menunggu. Apapun itu. Menunggu adalah hal yang mungkin paling membosankan yang pernah ada. Seperti yang lagi-lagi aku lakukan hari ini. Tadi pagi aku dengan sabar menunggu surat pengantar KP ku di proses. Dan sebelum aku duduk dengan tidak nyamannya di depan counter check in perpustakaan Unsyiah ini, aku sudah lebih dulu duduk dengan sabar di depan loket jurusan, menunggu bang Fahmi yang sedang menjemput anaknya di sekolah. Kalau saja boleh, daripada menunggu berjam-jam disini, aku bersedia menggantikan bang Fahmi menjemput anaknya asalkan keperluanku bisa segera diurusnya. Dan sayangnya, lagi-lagi aku tidak cukup sabar. Melihat bang Fahmi tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan segera kembali, aku akhirnya pindah menuju perpustakaan. Aku rasa lebih baik menghabiskan waktu di perpustakaan daripada menunggu sendirian di depan loket jurusan. Mungkin ada sesuatu yang bisa aku kerjakan di perpustakaan sana. Dan di sinilah aku sekarang. Di depan counter check in perpustakaan, lagi-lagi menunggu. Tapi bedanya kali ini aku tidak sedang menunggu seseorang. Aku sedang menunggu pengunjung perpustakaan lainnya keluar. Kenapa? Karena tidak ada satupun tempat yang bisa aku pakai saat ini. Aku sudah berputar-putar mencari tempat kosong dari lantai satu, dua dan tiga sejak tadi tapi tidak ada tempat kosong yang bisa aku gunakan. Semuanya penuh. Sejak kapan perpustakaan jadi sepenuh ini. Kenapa tidak ada satupun kursi yang bisa aku pakai. Kalau tau begini, mungkin lebih baik aku menunggu bang Fahmi saja di jurusan. Mana tau sekarang bang Fahmi sudah kembali ke loketnya. Tapi untuk alasan yang juga tidak terlalu aku pahami, aku akhirnya memutuskan untuk duduk di sini. Mengeluarkan laptop dan menulis tulisan ini sambil menunggu pengunjung perpustakaan yang saat ini sedang menyesaki semua sudut perpustakaan keluar. Sebentar lagi jam makan siang, mungkin orang-orang akan segera keluar untuk mengisi perutnya.

Pada kursi panjang yang menghadap ke counter check in, aku duduk paling ujung seorang diri. Orang-orang datang dan pergi. Beberapa orang duduk di sebelahku, lalu kemudian beranjak pergi. Di luar sana, awan hitam masih saja menggantung di langit darussalam. Lantunan ayat suci al quran terdengar dari mesjid jamik di sebelah perpustakaan pertanda bahwa azan Dhuhur akan segera menyusul setelahnya. Aku beberapa kali melirik jam di pojok kanan bawah layar laptopku. Dua dijit terakhirnya sudah berganti sejak tadi. Tapi tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mereka yang ada di dalam perpustakaan saat ini sudah berkurang. Bahkan menurut pantauanku sejak tadi, orang-orang yang baru datang sepertinya jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang keluar. Maka bisa dipastikan bahwa saat ini sepertinya, belum ada kursi kosong yang bisa aku pakai di dalam sana.

Aku masih duduk diam di sini, sabar menunggu. Dijit terakhir pada jam di layar monitor laptopku sudah beberapa kali berganti. Di sebelah kiriku, sebuah layar televisi yang menggantung sekitar dua meter di dinding menayangkan siaran National Geographic Wild. Tidak ada yang peduli kecuali petugas di counter informasi yang mungkin saat ini tidak ada yang harus dilayani. Orang-orang mulai terlihat keluar. Tapi yang baru datang juga terus masuk. Seorang teman kampusku juga termasuk salah satu dari mereka yang baru datang. Ia sempat mengajakku masuk. Aku menolaknya. Aku sepertinya mulai nyaman duduk di kursi panjang ini sambil terus menulis, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang, dan sesekali menyimak siaran televisi yang mungkin tidak ada orang lain yang peduli. Aku mulai menikmati situasi saat ini, jari-jariku juga sepertinya masih betah terus menari-nari di atas tuts-tuts keyboard. Aku tidak ingin menghentikannya. Aku menguap beberapa kali,maklum saja tadi malam aku masih tidur di atas jam dua pagi. Aku kembali memeperhatikan pintu keluar perpustakaan, sekawanan mahasiswa terlihat keluar sambil berbaris di pintu keluar yang sempit, aku mulai mengira-ngira jumlah orang yang saat ini ada di dalam perpustakaan sana dan mulai memepertibangkan apakah sudah saatnya aku masuk. Aku berhenti mengetik, mataku mulai fokus memperhatikan pintu masuk dan keluar perpustakaan. Suara dering handphone seseorang di sebelahku menyadarkan bahwa aku belum mengecek hp ku sejak tadi. Segera setelah itu, aku merogoh tas ku, mencari-cari letak hp ku yang tadi kumasukkan dengan asal. Tidak pesan yang masuk, tentu saja, tidak ada yang mencariku.

Awan mendung di luar sana sudah menumpahkan isinya, hujan mengguyur dengan deras. Sebuah ambulance berhenti di depan perpustakaan untuk alasan yang tidak aku mengerti. Di tengah hujan yang deras itu seorang petugas terlihat keluar dari dalam ambulance dan masuk ke perpustakaan sambil mengenakan sarung tangannya. Seorang petugas perpustakaan langsung menyambutnya dan mengarahkannya masuk ke dalam sebuah ruangan. Aku tidak tau apa alasannya dan tentu saja sebenarnya itu tidak penting untukku. Tapi sejak aku memutuskan untuk duduk sendirian pada kursi panjang di depan counter check in  ini, memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di depanku lalu menuliskannya menjadi suatu hal yang mulai menarik.

Hujan masih turun dengan deras. Ambulance yang tadi sudah tidak lagi terlihat. Petugas yang kini menjaga counter check in sudah berganti. Aku mulai berniat untuk masuk. Sepertinya perpustakaan mulai sepi. Aku menutup laptop dan memasukkannya ke dalam ransel marunku. Sebelum masuk, aku menyempatkan diri membeli sebungkus sandwich dan satu kotak susu coklat yang sepertinya cukup untuk mengganjal perutku siang ini. Aku kemudian bergegas masuk dan naik ke lantai dua. Perhitunganku rupanya benar, kursi kursi kosong mulai tersedia. Jam makan siang orang-orang akan keluar. Mungkin saat ini giliran warung-warung nasi di luar sana yang akan disesaki oleh mahasiswa. Tapi perpustakaan tidak benar-benar kosong. Masih ada orang-orang yang juga betah di sini. Aku mengeluarkan laptopku dan membaca kembali tulisan yang sejak tadi ku ketik ini. sambil menyesap susu coklat yang tadi ku beli aku membaca berulang-ulang tulisan ini. Memperbaiki setiap ada ejaan yang salah, mengganti kata atau kalimat yang kurasa tidak cocok lalu kembali melanjutkan tulisan ini.  Sebelumnya aku sudah memasang headset di telingaku. Lagu Always nya Bon Jovi yang beberapa hari ini terus aku putar sudah mulai terdengar di telingaku. Aku mengatur volumenya cukup keras untuk meredam suara orang-orang yang masih ada di perpustakaan ini. Walaupun kukatakan perpustakaan mulai sepi, tapi pengunjung-pengunjung yang masih tersisa itu aku rasa cukup ribut mengingat tempat ini adalah perpustakaan. Aku lagi-lagi mengetik, menulis apa saja yang bisa ku tulis. Bukankah sebelumnya sudah ku jelaskan bahwa aku akan menulis ini setiap hari. apapun itu, penting atau tidak aku akan tetap menuliskannya. Seperti apa yang aku tuliskan hari ini misalnya, tentu saja ini tidak penting sama sekali untuk dibaca. Siapapun yang akan membaca ini mungkin akan menganggap ini tidak penting sama sekali. Tapi aku rasa, ini penting untuk di tulis. Bukan tentang apa yang aku lalui hari ini yang penting, tapi tentang apa yang berhasil aku tulis untuk merangkum keseharianku hari ini. Dan tulisan sepanjang seribu delapan puluh delapan kata ini berakhir dengan merangkum kegiatanku sampai jam 14.04 hari ini.

Comments