Lalu haruskah kita
memepercayai seseorang yang mengatakan bahwa ia menyukai kita padahal satu kali
pun ia belum pernah melihat diri kita? Tidak, tidak. Memang belum pernah dia
katakan bahwa dia menyukai kita. Tapi dari sikap dan cara nya menghubungi kita,
kita tau bahwa dia ingin mendekati kita. Haruskah kita mempercayainya ? haruskah
kita membuka hati untuk seseorang yang tertarik pada kita hanya dengan melihat
kita dalam selembar foto? Oh ayolah, kita sama sama tau bukan bahwa bagaimana
bisa saja foto yang dilihat orang tidak sesuai dengan wajah asli kita. Kita
sama sama tau bagaimana canggihnya aplikasi foto zaman sekarang. Walaupun kita
memang tidak suka menggunakannya, tapi tetap saja alasan yang mengatakan bahwa
ia tertarik setelah melihat kita dalam selembar foto tidak dapat kita terima.
Kita tetap menutup diri
kita. Menutup rapat-rapat hati kita. Bukan apa-apa. Kita hanya tidak ingin
salah berharap. Kita hanya tidak ingin mengharapkan orang yang menawarkan
hatinya untuk kita padahal ia belum mengenal kita seutuhnya, lalu nantinya dia
akan menarik diri setelah dia mengetahui bagaimana diri kita yang sebenarnya. Bukankah
itu lebih dapat melukai hati kita? Bukankah itu lebih dapat menyakiti kita? Sekalipun
kita tidak pernah mengharapkannya, sekalipun kita tidak pernah menaruh hati
padanya bukankah akan tetap menyakitkan saat orang yang pada awalnya mendekati
kita lalu menjauh setelah mengenal diri kita yang sesungguhnya. Maka karena
alasan itulah kita berkali-kali menolak ajakannya untuk bertemu. Kita memang
belum mengetahui bagaimana sebenarnya dirinya, kita belum mengenalnya. Tapi entah
karena alasan apa kita merasa yakin bahwa keinginannya untuk bertemu adalah untuk memastikan bagaimana diri kita
yang sebenarnya. Entah karena alasan apa kita menganggap bahwa keinginannya
untuk bertemu adalah untuk memastikan apakah kita memang benar-benar seperti
foto yang pernah dilihatnya. Kita tidak memberinya kesempatan untuk mendapatkan
jawaban atas pertanyaan itu. Kita tidak percaya diri. Sama sekali tidak percaya
diri. Kita yakin sekali bahwa ia hanya menyukai kita dari foto yang dilihatnya.
Kita tidak memberinya kesempatan untuk membuktikan bahwa ia benar-benar
tertarik dengan diri kita yang sebenarnya. Karena bagi kita, pembuktian yang
mungkin sedikit dapat membuat kita percaya adalah dengan tetap bertahan setelah
kita panjang lebar menceritakan tentang diri kita. Memilih tetap bertahan
setelah kita memintanya untuk berhenti. Bukan langsung berhenti setelah kita menjelaskan
kekhawatiran kita tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Bagi kita,
pembuktian yang mungkin dapat membuat kita percaya adalah dengan meyakinkan
kita bahwa apa yang kita khawatirkan itu tidak akan terjadi. Bahwa bagaimana
seharusnya ia meyakinkan kita untuk dapat mempercayainya.
Maka ketika ia memilih
untuk berhenti seperti yang kita inginkan, dengan sendirinya kita merasa puas
dengan keputusan yang telah kita buat. Kita benar-benar merasa yakin apa yang
kita khawatirkan akan terjadi jika kita tetap meneruskannya. Dalam pandangan
kita, kita merasa bahwa ia juga khawatir jika pada kenyataannya kita tidak seperti
yang ia pikirkan. Kita merasa yakin bahwa karena alasan itulah ia akhirnya
memilih untuk berhenti.
Entahlah, sulit sekali
rasanya untuk dapat percaya, sulit sekali untuk merasa yakin. Kita hanya
mempercayai orang yang berani mengatakan bahwa ia menyukai kita setelah ia tau
semua kelemahan dan kekurangan kita. Hanya pengakuan yang seperti itulah yang
dapat membuat kita percaya, yang dapat membuat kita yakin. Bukan karena
menganggap diri kita terlalu baik, tapi justru karena kita merasa bukan apa-apa
lah kita akhirnya menjadi seperti ini. Menjadi seseorang yang tidak dapat
percaya dengan mudah. Dan tidak dapat jatuh cinta dengan mudah. Iya. Seperti itulah
diri kita.
woooaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa daebak yakin deh, ini pasti pengalaman pribadi ya kan kak? sedetai detailnyaa...sapu bersih
ReplyDeletesok tau kamu ziii
Delete